Sabtu, 25 Mei 2013

Sahabat Bermata Linang

Sahabat Bermata Linang

Karya : Fitria Nowelis

Senja 
Matahari menepi di ujung langit
Aku duduk berdua dengan sahabat bermata linang
Aku dan dia memandangi lautan
Aku tenggelam dengan lautan yang diceritakannya
Deruan ombak menepi memecah tepian pantai
Seakan dia sedang menghibur sahabat bermata linang
Kata kan pada ombak tentang rasamu sahabatku
Laut itu luas, hanya saja pandangan kita terbatas
Jadilah kau seperti ombak sahabat bermata linang
Selalu bangkit meski dia memecah di tepi

Rabu 26 mei 2013 : 17.58

Kamis, 23 Mei 2013

Celah Kecil Bercahaya di Penghujung


Celah Kecil Bercahaya di Penghujung
Karya : Fitria Nowelis
23 April 2013 : 22.36

Mungkin aku harus menuju satu celah
Yang ku lihat dan jauh, seakan dia memanggilku
Indah memesonaku membawaku ke dunia imaginasi
Aku tersentak terdiam, ternyata aku masih duduk disini
Seakan tempat yang ku duduki enggan melepasku
Tapi aku sudah tak mau duduk d ruang kelam hitam ini

Kucoba berdiri, tapi kakiku serasa lumpuh
Aku menangis, takut aku mati disini
Tersadar , seperti hatiku yang sudah lumpuh
Hanya setitik darah bahagia yang ingin menemui celah
Setitik darah yang mungkin melenyapkan kelumpuhan
Dan aku akan memberi pesan bahagia untukku, supaya aku tetap berdiri
Menuju celah bercahaya di penghujung

Ketika Pelukku Tak lagi Berarti


Ketika Pelukku Tak lagi Berarti

Karya : Fitria Nowelis
23 mei 2013 : 22.39

Dingin malam tanpa pelukan terkasih, Aku tersenyum sendu
Malam sejuta peristiwa, tempat ku menemui rasa
Tempat ku membalut perih,Membasuh Luka
Angkuh aku merasa berarti, bila nyata nya itu bukan

Nada sendu menyentuh rasa, melarutkan ku dalam melodi
Meski tanpa suaraku terdengar, yang ada hanya suara yang tak didengar.
Kutanya suara dimana? tapi entahlah menjawab tanyaku
Aku mulai memainkan logika, mungkin suara tak ingin di dengar
Tapi kenapa?
Ternyata logika mengancam rasa, matilah suara rasa
Sempurna bukan pilihan, tapi melengkapi

AKU KATA KAU YANG TULIS







AKU KATA KAU YANG TULIS
Karya: Andi Markoni (Nw)

Duhai angin, Hembuslah jantungku
Titipkan pada hati berjarak jauh dipelupuk mata
Sapa dan bawa menari karangan bunga ditepian jiwa
Yang bak rasa sebentar lagi akan menjatuhkan
Si asin pada pipi mulai tak berasa.

Aku mulai kuyup, aku tidak lagi mendengar
Dimandikan kisah seberang
Aku tidak lagi mendengar nyanyian kinari muda
Sementara dentingannya selalu mengiur dijantung
Berjalan menelusuri nadi mentok dipundak
Perkelhian sempurna tanpa wujud.

Duhai angin, kerucutkan tubuhku
Hingga tak ada lagi membekas ditempatku bersandar
Menaruh mimpi dan biarkan bara api unggun itu menjadi saksi
Kalau jejakku tak lagi membekas pada jalan stompok
Jantung pisang.

Duhai angin, bila kau membawa gerimis datang
Jangan katakan itu rindu untukku
Tapi kala malam habis larut, kemudian
Embun datang menyapa pagi
Bawakan bersamamu setangkai keladi
Didaunnya akan ada sekelompok air, jernih
Katakan padanya itu cintaku padanya
Tanpa pernah ku meminta.
10 juni 2012
23 :27 Wib

BUKU HALO BALITA

HALO BALITA Masa balita adalah masa keemasan. Masa ini merupakan waktu ideal untuk mempelajari keterampilan dasar, membentuk kebiasaan-...