PEMBELAJARAN BERBASIS WEB (PBW)
Perkembangan teknologi informasi dan penerapannya
dalam pendidikan menjadi wacana yang berkembang saat ini. Integrasi teknologi
informasi kedalam pendidikan salah satunya dalam bentuk pembelajaran berbasis
web (PBW). Terdapat berbagai keunggulan penerapan PBW disamping beberapa
catatan kelemahannya bila dibandingkan dengan pembelajaran konvensional. Dalam
studi awal penerapan PBW diperoleh beberapa catatan penting, anatara lain bahwa
kesiapan siswa untuk menggunakan komputer dan aplikasinya perlu mendapat
perhatian. Dalam penerapan PBW yang telah dilakukan, siswa memperoleh manfaat
antara lain bahwa PBW yang menyajikan simulasi dapat lebih membantu dalam
memahami fenomena yang dipelajari (43%), disamping itu bagi siswa melalui PBW
dapat belajar komputer dan mengenal pemanfaatannya dalam pembelajaran (36%),
dan sejumlah siswa mengalami bahwa PBW merupakan sesuatu hal yang penting
karena berguna bagi siswa yang juga sebagai calon guru (12%).
Elearning berbasis web merupakan media pembelajaran
menggunakan perangkat elektronik berbasis website. Dengan media ini, materi
pelajaran dapat dimasukkan kedalam suatu sistem website yang bisa diakses oleh
siswa. Proses belajar mengajar yang dapat dilakukan dengan menggunakan media
ini dapat berupa diskusi, kuis, chatting, ulangan harian bahkan ulangan
semester sekolah.
Tujuan pengguanaan elearning berbasis antara lain
adalah:
1. Memudahkan guru dan siswa dalam
proses belajar mengajar.
2. Mengoptimalkan penggunaan teknologi
informasi dalam pembelajaran.
3. Meningkatkan minat dan motivasi
siswa dalam belajar
Bahan ajar
berbasis web
Sebagaimana sebutannya, bahan ajar berbasis web adalah
bahan ajar yang disiapkan, dijalankan, dan dimanfaatkan dengan media web. Bahan
ajar sering juga disebut bahan ajar berbasis internet atau bahan ajar on line.
Terdapat tiga karakteristik utama yang merupakan potensi besar bahan ajar
berbasis web, yakni;
- menyajikan multimedia
- menyimpan, mengolah, dan menyajikan infromasi
- hyperlink
Karena sifatnya yang on line, maka bahan ajar berbasis
web mempunyai karakteristik khusus sesuai dengan karakteristik web itu sendiri.
Salah satu karakteristik yang paling menonjol adalah adanya fasilitas
hyperlink. Hyperlink memungkinkan sesuatu subjek nge-link ke subjek lain tanpa
ada batasan fisik dan geografis, selama subjek yang bersangkutan tersedia pada
web.
Unsur-unsur bahan ajar
Bahan ajar setidak tidaknya harus memiliki enam unsur,
yaitu mencakup tujuan, sasaran, uraian materi, sistematika sajian, petunjuk
belajar, dan evaluasi. Sebuah bahan ajar harus mempunyai tujuan. Tujuan harus
dirumuskan secara jelas dan terukur mencakup kriteria ABCD (audience, behavior,
criterion, dan degree). Sasaran perlu dirumuskan secara spesifik, untuk siapa bahan
relajar itu ditujukan. Sasaran bukan sekedar mengandung pernyataan subjek
orang, Namun juga harus mencakup kemampuan apa yang menjadi prasyarat yang
harus sudah mereka kuasai agar dapat memahami bahan ajar ini.
Langkah-langkah pengembangan
Secara makro, pengembangan bahan ajar mencakup
langkah-langkah analisis kebutuhan, perancangan, pengembangan, implementasi dan
evaluasi. Secara mikro, langkah-langkah pengembangan bahan ajar berbasis web
dimulai dari penentuan sasaran, pemilihan topik, pembuatan peta materi,
perumusan tujuan, penyusunan alat evaluasi, pengumpulan referensi, penyusunan
bahan, editing, upload, dan testing.
- Penentuan sasaran
Langkah pertama yang harus dilakukan dalam menyusun
sebuah bahan ajar adalah menentukan secara jelas siapa sasaran bahan ajar
tersebut. Di dalam kelas konvensional, sasaran telah sangat terstruktur,
misalnya siswa kelas dua SMA semester pertama. Pernyataan tersebut telah
mengandung indikasi yang jelas tentang siapa mereka, kemampuan apa yang harus
mereka kuasai, serta di mana kedudukan bahan belajar yang akan disajikan dalam
keseluruhan kurikulum sekolah. Demikian pula pada penyusunan bahan belajar
berbasis web sasaran harus dicantumkan secara spesifik.
- Pemilihan topik
Setelah sasaran ditentukan, langkah selanjutnya adalah
memilih topik yang sesuai dengan kebutuhan sasaran tersebut. Pemilihan topik
dapat dilakukan dengan pertimbangan, antara lain; materi sulit, penting
diketahui, bermanfaat, merupakan sesuatu yang baru, sesuatu yang belum banyak
diketahui, atau bahasan dari sudut pandang lain, dll.
- Pembuatan peta materi
Peta materi sangat membantu dalam merumuskan keluasan
dan kedalaman materi yang akan dibahas. Membuat peta materi dapat diibaratkan
menggambar sebuah batang pohon yang bercabang dan beranting, semakin banyak
cabang maka semakin luas bahasan materi. Sedangkan apabila kita menghendaki
bahasan yang fokus dan spesifik, maka kembangkanlah bagian ranting-ranting.
- Perumusan tujuan
Gambar peta materi akan sangat bermanfaat untuk
menentukan tujuan. Setiap ranting dapat dirumuskan menjadi sebuah indikator
tujuan yang spesifik. Sedangkan cabang menjadi besaran tujuan tersebut. Tujuan
besar (cabang) dapat dicapai dengan memenuhi semua tujuan yang spesifik
(ranting).
- Penyusunan alat evaluasi
Setelah merumuskan tujuan, langsung diikuti dengan
perumusan alat evaluasi. Alat evaluasi dimaksudkan untuk mejawab dengan cara
bagaimana kita dapat mengetahui sesuatu tujuan itu telah tercapai. Setiap
indikator tujuan harus dapat diukur keberhasilannya. Sebuah rumusan tujuan
dapat diukur dengan satu butir alat evaluasi. Dapat satu set alat evaluasi
mengukur serangkai tujuan.
- Pengumpulan referensi
Tidak ada bahan ajar yang berdiri sendiri tanpa sumber
referensi. Referensi digunakan untuk memberi dukungan teoretis, data, fakta,
ataupun pendapat. Referensi juga dapat memperkaya khasanah bahan belajar,
sehingga pembaca yang menginginkan pendalaman materi yang dibahas dapat mencari
dari sumber yang disebutkan. Dalam web, pembaca dapat dengan mudah diberikan
link ke sumber referensi tersebut.
- Penyusunan bahan
Setelah bahan-bahan pendukung siap, maka penulisan
dapat dimulai. Penulisan bahan hendaklah konsisten dengan peta materi dan
tujuan yang telah disusun. Secara umum struktur penulisan sekurang-kurangnya
terdiri dari tiga bagian, yaitu pendahuluan, isi, dan penutupan. Pada
pendahuluan kita harus sudah menyampaikan secara ringkas apa yang akan dibahas
pada bahan belajar ini. Sedangkan bagian isi menguraikan secara gamblang
seluruh materi. Agar lebih jelas, uraian bisa dilengkapi dengan contoh-contoh.
Untuk mengecek pemahaman, pada bagian ini dapat pula diberikan latihan-latihan.
Pada bagaian penutup sampaikan kembali secara ringkas apa yang telah dibahas.
Proses selanjutnya adalah editing, upload, dan testing.
- Pelaksanaan Pembelajaran
Pada pelaksanaannya, pembelajaran berbasis web
disesuaikan dengan metode yang ingin digunakan. Pelaksanaannya dapat dilakukan
di dalam kelas atau pun diluar kelas. Misalnya pada saat praktikum atau pada
saat diskusi kelas sampai pada ulangan harian.
- Model Pengembangan Pembelajaran Berbasis Web
Multimedia
pembelajaran berbasis web merupakan perangkat lunak yang digunakan dalam
aktivitas pembelajaran. Salah satu referensi pengembangan perangkat lunak
adalah pendapat pakar Software Enginering yaitu Roger S. Pressman.
Menurut Pressman (2002: 38), rekayasa perangkat lunak mencakup tahap-tahap:
analisis kebutuhan, desain, pengkodean, pengujian, dan pemeliharaan.
Salah satu
model pembelajaran berbasis web dikembangkan oleh Davidson dan Karel L.
Rasmussen (2006). Model yang dikembangkan oleh Davidson dan Rasmussen tersebut
meliputi tahap analisis, desain, pengembangan, implementasi, dan evaluasi.
Tahap
analisis meliputi analisis masalah dan analisis komponen pembelajaran. Tahap
desain meliputi desain pembelajaran dan desain software. Tahap pengembangan
adalah merakit berbagai komponen desain pembelajaran dan software menjadi
sebuah program pembelajaran berbasis web. Tahap implementasi terdiri dari
implementasi sementara dan implementasi penuh. Sedangkan tahap evaluasi dibedakan
menajdi evaluasi formatif dan evaluasi sumatif.
Pengembangan
desain pembelajaran untuk web based learning dirancang sedemikian
rupa agar proses pembelajaran online tersebut dapat berjalan dengan efektif.
Ada tiga elemen pokok yang harus ada dalam desain model pembelajaran berbasis
web, yaitu learning tasks, learning resources, dan learning supports.
Learning tasks mencakup aktivitas, masalah, dan interaksi untuk
melibatkan peserta didik. Learning resources memuat konten, informasi
dan sumber-sumber yang dapat diakses oleh peserta didik. Learning supports
terkait dengan petunjuk belajar, motivasi, umpan balik, dan kemudahan akses
bagi peserta didik (Ron Oliver: 2001).
Sukartawi
(2003) menyarankan beberapa tahap yang perlu diperhatikan dalam mengembangkan
model pembelajaran berbasis web. Tahap-tahap tersebut meliputi: analisis
kebutuhan, rancangan instruksional, pengembangan, pelaksanaan, dan evaluasi.
Tahap awal yang perlu dipertimbangkan adalah apakah pembelajaran berbasis web
memang dperlukan. Hal tersebut harus disesuaikan dengan karakteristik dan
kondisi lembaga pendidikan. Rancangan instruksional meliputi aspek analisis
konten, analisis peserta didik, dan analisis komponen pembelajaran lainnya.
Pengembangan e-learning merupakan proses produksi program dengan
mengintegrasikan berbagai software dan hardware yang diperlukan.
Pelaksanaan merupakan realisasi penggunaan program yang telah dihasilkan dan
menganalisis kelemahan-kelemahan yang terjadi. Evaluasi diperlukan dalam bentuk
beta test ataupun alfa test untuk menguji usabilitas dan efektivitas program
sebelum diimplementasikan secara formal.
Pengembangan
model pembelajaran berbasis web perlu memperhatikan komponen strategi
pembelajaran. Komponen-komponen utama dari strategi pembelajaran yang harus
dirancang adalah: aktivitas awal pembelajaran, penyajian materi, partisipasi
peserta didik, penilaian, dan aktivitas tindak lanjut (Walter Dick, dkk, 2005:
197). Aktivitas awal pembelajaran berupa pemberian motivasi, menumbuhkan
perhatian, menjelaskan tujuan pembelajaran, dan menjelaskan kemampuan awal yang
diperlukan. Penyajian materi meliputi sajian bahan ajar dan contoh-contoh yang
relevan. Partisipasi peserta didik dibangun dengan adanya praktik atau latihan
dan umpan balik. Penilaian dapat berupa tes kemampuan awal, pretest, dan
posttest. Aktivitas tindak lanjut dilakukan untuk membantu
mempertahankan daya ingat terhadap materi pembelajaran.
Pembelajaran berbasis web adalah proses pembelajaran
yang dilakukan dengan memanfaatkan jaringan internet, sehingga sering disebut
juga dengan e-learning. Internet merupakan jaringan yang terdiri
atas ribuan bahkan jutaan komputer, termasuk di dalamnya jaringan lokal, yang
terhubungkan melalui saluran (satelit, telepon, kabel) dan jangkauanya mencakup
seluruh dunia. Internet memiliki banyak fasilitas yang dapat digunakan dalam
berbagai bidang, termasuk dalam kegiatan pendidikan. Fasilitas tersebut antara
lain: e-mail, Telnet, Internet Relay Chat, Newsgroup, Mailing List
(Milis), File Transfer Protocol (FTP), atau World Wide Web (WWW) (Oos
M. Anwas: 2003).
Konvensi internasional, menyatakan bahwa e-learning
merujuk pada penggunaan berbagai proses dan aplikasi elektronik untuk
pembelajaran, termasuk di dalamnya adalah CBT, WBI, CD, dan lain-lain.
Sedangkan pembelajaran berbasis web diartikan sebagai pembelajaran melalui
internet, intranet, dan halaman web saja. Namun demikian istilah e-learning dan
online learning sering disamakan dengan pembelajaran berbasis web
(Davidson & Rasmusen, 2006: 10).
Piskurich (2003: 2) mendefinisikan e-learning sebagai:
“…the use of the computer network or the web for delivery of the learning”.
Sedangkan Conrad & TrainingLinks (2000: 11), menyebutkan E-learning
dengan istilah Web-based Training karena lebih berorientasi pada fungsi
pelatihan. WBT adalah sebuah pratik pembelajaran yang terintegrasi melalui
internet sehingga pembelajar dapat secara langsung mengakses kompetensi apa yang
secara khusus akan dipelajari sesuai dengan level belajarnya.
Jaya Kumar C. Koran, mendefinisikan e-learning sebagai
sembarang pengajaran dan pembelajaran yang menggunakan rangkaian elektronik
(LAN, WAN, atau internet) untuk menyampaikan isi pembelajaran, interaksi, atau
bimbingan. Ada pula yang menafsirkan e-learning sebagai bentuk
pendidikan jarak jauh yang dilakukan melalui media internet. Sedangkan Dong
mendefinisikan e-learning sebagai kegiatan belajar asynchronous melalui
perangkat elektronik komputer yang memperoleh bahan belajar yang sesuai dengan
kebutuhannya (Oos M. Anwas: 2003).
Berdasarkan beberapa keterangan tersebut di atas dapat
diperoleh konsep pembelajaran berbasis web (web based learning) atau E-learning,
yaitu suatu pembelajaran elektronik berbasis TIK yang dituangkan dalam format
digital dengan prinsip dan metode tertentu sehingga dapat digunakan sebagai
media pembelajaran open sources yang interaktif sehingga memungkinkan siswa
belajar secara individual atau kolaboratif baik melalui aplikasi internet atau
intranet.
Perkembangan teknologi informasi yang
pesat berhasil merevolusi internet khususnya web, dari desain web
yang sederhana dan menggandalkan halaman statis dengan HTML hingga menjadi
sebuah teknik pengembangan website yang mutakhir. Karena terlalu
cepatnya perubahan yang terjadi, tidak semua orang dapat mengikuti perkembangan
yang terjadi. Salah satu perkembangan teknologi rancang bangun dari website
yang cukup menarik untuk diikuti adalah munculnya model-model web portal
yang menawan dan mampu memberikan fungsionalitas yang tinggi bagi penggunanya,
selain mudah digunakan bahkan gratis untuk memperolehnya (Dwi Sumarwanto. 2005:
54).
Secara umum sistem aplikasi di internet terbagi
menjadi dua jenis, yaitu synchronous system dan asynchronous system.
(Davidson & Rasmusen, 2006: 10). Synchronous system merupakan
aplikasi yang berjalan secara waktu nyata dimana seluruh pemakai dapat
berkomunikasi pada waktu yang sama, contohnya: chatting, dan video
conference. Sedangkan asynchronous system adalah aplikasi yang tidak
tergantung pada waktu tertentu, dimana seluruh pemakai dapat mengakses ke
system dan melakukan komunikasi antar mereka disesuaikan dengan waktunya
masing-masing, contohnya: millis dan e-mail.
Seiring dengan kemajuan di bidang teknologi informasi
dan komunikasi, maka dunia pendidikan juga telah banyak yang memanfaatkan web
sebagai media pembelajaran. Meskipun banyak penelitian menunjukan bahwa
efektifitas pembelajaran menggunakan internet (e-learning) cenderung
sama bila dibanding dengan pembelajaran konvensional atau klasikal, tetapi
keuntungan yang bisa diperoleh adalah dalam hal fleksibilitasnya (Herman Dwi
Surjono, 2008: 1).
Melalui media pembelajaran berbasis web materi
pembelajaran dapat diakses kapan saja dan dari mana saja, di samping itu materi
juga dapat diperkaya dengan berbagai sumber belajar termasuk multimedia. Media
pembelajaran berbasis web dapat dikembangkan dari yang sangat sederhana sampai
yang kompleks. Sebagian media pembelajarn berbasis web hanya dibangun untuk
menampilkan kumpulan materi, sementara forum diskusi atau tanya jawab dilakukan
melalui e-mail atau milist. Implementasi dengan cara tersebut
terhitung sebagai media pembelajaran berbasis web yang paling sederhana.
Disamping itu ada juga media pembelajaran berbasis web yang terpadu, berupa
portal e-learning yang berisi berbagai obyek pembelajaran yang diperkaya
dengan multimedia serta dipadukan dengan sistem informasi akademik, evaluasi,
komunikasi, diskusi, dan berbagai educatioanal tools lainnya (Herman Dwi
Surjono, 2008: 1).
Mengembangkan pembelajaran berbasis web
yang efektif, memerlukan penerapan suatu pendekatan system dan prinsip-prinsip
desain pembelajaran. Pendekatan system memberikan suatu kerangka kerja atau
panduan pada kita sebagai seorang pengembang untuk mendesain materi
pembelajaran. Guna mendapatkan desain pembelajaran efektif, pengembang harus
berpegang pada prinsip-prinsip desain pembelajaran, sehingga materi
pembelajaran yang dikembangkan memang berorientasi kepada siswa atau peserta
didik dan akan meningkatkan efektivitas materi yang disajikan.
Bagi para pengajar, internet bermanfaat dalam
mengembangkan profesinya, karena dengan internet dapat: (a) meningkatkan
pengetahuan, (b) berbagi sumber diantara rekan sejawat, (c) bekerjasama dengan
pengajar di luar negeri, (d) kesempatan mempublikasikan informasi secara
langsung, (e) mengatur komunikasi secara teratur, dan (f) berpartisipasi dalam
forum-forum lokal maupun internasional (Rechdalle: 2005). Para pengajar juga
dapat memanfaatkan internet sebagai sumber bahan mengajar dengan mengakses
rencana pembelajaran atau silabus online dengan metodologi baru, mengakses
materi pelajaran yang cocok untuk siswanya, serta dapat menyampaikan
ide-idenya. Sedangkan peserta didik juga dapat menggunakan internet untuk
belajar sendiri secara cepat, sehingga akan meningkatkan dan memperluas
pengetahuan, belajar berinteraksi, dan mengembangkan kemampuan dalam bidang
penelitian.
Menurut Boulton &Trent
(2008), penggunaan e-learning di tingkat pendidikan menengah
dengan siswa usia 14-16 , dapat memberikan dukungan yang lebih baik untuk siswa
yang kemampuannya kurang, meningkatkan respon keterlibatan siswa pada proses
pembelajaran, memberikan kesempatan percepatan (akselerasi) belajar bagi siswa
yang cerdas dan berbakat , dan mengembangkan kemampuan belajar siswa secara
mandiri melalui pengalaman belajar individual.
Web pada dasarnya adalah kumpulan
informasi yang tersedia di komputer yang bisa diakses karena adanya jaringan
yang tersedia di komputer tersebut. Oleh karena itu pembelajaran berbasis web
bisa dilaksanakan karena adanya jaringan internet, dan sering disebut dengan
nama on-line course. Herman Dwi Surjono & Maltby (2003) memberi
penegasan bahwa World Wide Web atau sering disebut web menjadi
lingkungan yang kuat untuk mendistribusikan informasi dan banyak lembaga
pendidikan yang menggunakannya untuk mengirim ilmu pengetahuan kepada stakeholders.
Pendapat tersebut mendukung O’Brien & Ruth
Sharratt (2002) yang menganggap inovasi teknologi informasi dan komunikasi
mengubah aturan akademik dalam mengkreasi dan mengirim sumber-sumber
pembelajaran. Secara umum website memiliki beberapa fungsi, yaitu:
fungsi komunikasi, fungsi informasi, fungsi hiburan, dan fungsi transaksi (Asep
Herman Suyanto, 2006: 5).
Berbagai fungsi yang dimiliki oleh website
menyebabkan fleksibilitas pengembangannya untuk berbagai kepentingan terutama
untuk peningkatan kualitas pembelajaran. Pembelajaran berbasis web adalah
proses belajar mengajar yang dilakukan dengan memanfaatkan jaringan internet,
sehingga sering disebut juga dengan e-learning. Internet merupakan
jaringan yang terdiri atas ribuan bahkan jutaan komputer, termasuk di dalamnya
jaringan lokal, yang terhubungkan melalui saluran (satelit, telepon, kabel) dan
jangkauanya mencakup seluruh dunia. Internet memiliki banyak fasilitas yang
dapat digunakan dalam berbagai bidang, termasuk dalam kegiatan pendidikan.
Fasilitas tersebut antara lain: e-mail, Telnet, Internet Relay Chat, Newsgroup,
Mailing List (Milis), File Transfer Protocol (FTP), atau World Wide Web
(WWW) (Oos M. Anwas: 2003).
Tentang pengembangan E-learning, Davidson dan
Karel L. Rasmusesen (2006: 24) dan Haughey (1998) dalam Asep HS. (2009: 10)
berpendapat bahwa ada tiga kemungkinan dalam pengembangan system pembeljaran
berbasis internet, yaitu web course, web centric course, dan web enchanced
course.
1) Web course adalah penggunaan
internet untuk keperluan pendidikan, yang mana peserta didik dan pengajar
sepenuhnya terpisah dan tidak diperlukan adanya tatap muka. Seluruh bahan ajar,
diskusi, konsultasi, penugasan, latihan, ujian, dan kegiatan pembelajaran
lainnya sepenuhnya disampaikan melalui internet. Dengan kata lain model ini
menggunakan sistem jarak jauh.
2) Web centric course adalah
penggunaan internet yang memadukan antara belajar jarak jauh dan tatap muka
(konvensional). Sebagian materi disampikan melalui internet, dan sebagian lagi
melalui tatap muka. Fungsinya saling melengkapi. Dalam model ini pengajar bisa
memberikan petunjuk pada siswa untuk mempelajari materi pelajaran melalui web
yang telah dibuatnya. Siswa juga diberikan arahan untuk mencari sumber lain
dari situs-situs yang relevan. Dalam tatap muka, peserta didik dan pengajar
lebih banyak diskusi tentang temuan materi yang telah dipelajari melalui
internet tersebut.
3) Web enhanced course adalah
pemanfaatan internet untuk menunjang peningkatan kualitas pembelajaran yang
dilakukan di kelas. Fungsi internet adalah untuk memberikan pengayaan dan
komunikasi antara peserta didik dengan pengajar, sesama peserta didik, anggota
kelompok, atau peserta didik dengan nara sumber lain. Oleh karena itu peran
pengajar dalam hal ini dituntut untuk menguasai teknik mencari informasi di
internet, membimbing mahasiswa mencari dan menemukan situs-situs yang relevan
dengan bahan pembelajaran, menyajikan materi melalui web yang menarik dan
diminati, melayani bimbingan dan komunikasi melalui internet, dan kecakapan
lain yang diperlukan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar